Tentang Kecamatan Pagerwojo
Merupakan salah satu kecamatan yang ada di sebelah barat Kabupaten Tulungagung. Luas Wilayah Kecamatan Pagerwojo 2 adalah 88,22 Km, dengan batas-batasnya yaitu sebelah utara adalah Kecamatan Sendang, sebelah timur Kecamatan Kauman sebelah selatan Kecamatan Gondang dan sebelah barat adalah Kabupaten Trenggalek.
Kecamatan Pagerwojo terbagi habis ke dalam 11 desa, yaitu :
- Wonorejo
- Kedungcangkring
- Mulyosari
- Segawe
- Penjor
- Samar
- Pagerwojo
- Gambiran
- Gondanggunung
- Kradinan
- Sidomulyo
Dari seluruh desa yang ada di Kecamatan Pagerwojo yang mempunyai wilayah terluas adalah Desa Wonorejo dengan luas wilayah 18.76 Km dan yang mempunyai wilayah tersempit adalah Desa Pagerwojo dengan luas wilayah 1,97 Km. Kecamatan Pagerwojo merupakan salah satu kecamatan yang berada Di Kabupaten Tulungagung Jawa Timur.
Kecamatan Pagerwojo yang berada di kaki gunung wilis memiliki segudang objek wisata alam maupun objek wisata buatan.
Air Terjun Sarang Awan
Air terjun Sarang Awan yang terletak di Dusun Sengon, Desa Kradinan, Kecamatan Pagerwojo, Tulungagung Alam kradinan memang sangat dikenal dengan keeksotisannya yang sudah tidak perlu diragukan lagi. Air terjun yang berada di dalam hutan kradinan ini memang sangat memukau dengan ketinggiannya yang mencapai sekitar 75 Meter dengan airnya yang cukup deras. Kenapa namanya "Sarang Awan"? Sebenarnya, tidak ada yang tau dari mana asal nama tersebut tercipta. Namun dari berbagai cerita warga setempat bahwa nama "Sarang Awan" itu muncul kemungkinan karena derasnya air yang jatuh dari ketinggian tersebut menciptakan sebuah kabut putih yang seakan - akan mirip dengan "awan" yang bersarang diatas air terjun tersebut.
Ranu Gumbolo
Ranu Gumbolo merupakan salahsatu objek wisata alam yang berupa danau dengan panorama menawan. Danau yang berdaya tarik perairan hijaudengan hamparan hutan pinus ini berada di desa Mulyosari, Kec. Pagerwojo, Tulungagung, Jawa Timur. Ada juga beberapa fasilitas yang yang bisa membuat kalian semakin nyaman dengan di sediakannya area perkir yang luas, toilet, gezebo, warung kuliner, spot foto yang ciamik, hingga mushola. Tidak lupa ada juga area camping yang cukup luas untuk kalian yang ingin berkemah.
Bendungan Wonorejo
Bendungan Wonorejo merupakan bendungan terbesar di Asia Tenggara dengan debit air mencapai 15.000 meter kubik per detik. Bendungan di Wonorejo, Pagerwojo, berguna sebagai pembangkit listrik, pengairan, perikanan, olahraga, dan rekreasi. Fasilitas rekreasi di bendungan ini termasuk taman bermain, area pemancingan, speed boat, penginapan, dan fasilitas hiburan lainnya.
Sejarah Kecataman Pagerwojo
Desa Pagerwojo didirikan berdasarkan cerita lisan nenek moyang warga Desa Pagerwojo, Kecamatan Pagerwojo. Dari cerita orang, ada kepercayaan bahwa ada seseorang yang sering dipanggil Mbah Gladak Mandelo. Mbah Gladak Mandelo adalah orang yang mendirikan Desa Pagerwojo. Ada kepercayaan yang mengatakan bahwa nama Desa Pagerwojo terkait dengan simbol yang disebut "Pakuwojo".
Menurut cerita yang disampaikan oleh tokoh Desa Pagerwojo, simbol tersebut dibawa oleh rombongan dari Ponorogo. Dari simbol nama itu, timbullah nama Desa Pagerwojo. Desa Pagerwojo terbentuk berdasarkan cerita lisan masyarakat, dimulai dari Mbah Gladak Mandelo dengan bantuan Singo Gebyong, dan Moyogati serta karni. Mereka melakukan babat alas, membangun pasar, membangun kepercayaan dan keyakinan, serta mengenalkan agama ke seluruh daerah yang ada di Desa Pagerwojo. Lalu wilayah tersebut berkembang dan membentuk sebuah kecamatan bernama Pagerwojo.
Pagerwojo merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Memiliki wilayah seluas sekitar 88,22 kilometer persegi. Di balik nama yang baik untuk seseorang, bangunan, atau tempat, terdapat makna atau asal-usul terkait dengan alasan pemberian nama tersebut, termasuk nama Pagerwojo itu sendiri.
Pengertian nama Pagerwojo berkaitan dengan asal-usul mengapa tempat tersebut dinamai Pagerwojo. Menurut sumber yang sedikit tahu tentang hal ini, asal usul penamaan ini terjadi pada zaman Majapahit saat mengalami kekalahan dalam perang. Kemudian di Pagerwojo, terdapat sebuah tempat persembunyian atau pertahanan yang berlokasi di atas jalan di sekitar talun.
Pada waktu itu, ada seseorang yang dianggap terkenal atau pemimpin prajurit dari kerajaan Majapahit yang bersembunyi di sini. Orang tersebut diamankan oleh banyak prajurit lain hingga 3 lapisan prajurit. Pagarwojo berasal dari 2 kata, yaitu "pagar" dan "wojo". Pagar artinya penjagaan atau dijaga sedangkan wojo artinya baja atau tentara yang menjaga atau mengamankan bangsawan agar terhindar dari serangan musuh saat peperangan terjadi.
TRADISI BUDAYA
Jaranan
Jaranan adalah tarian yang menggunakan kuda buatan sebagai property utamanya. Kuda mainan terbuat dari bilahan anyaman bambu pipih yang diwarnai, bentuknya semakin beragam dan berkembang seiring waktu. Jaranan buatan adalah aksesori yang digunakan oleh penari untuk menari seolah-olah sedang menunggangi kuda. Di Tulungagung, seni jaranan sangat terkenal dan menjadi ikon seni. Karena itu, di berbagai kecamatan dan desanya, seni jaranan masih sangat populer. Di desa Pagerwojo, kesenian ini masih dijaga dengan baik dan sering ditampilkan dalam berbagai acara. Seni jaranan di Pagerwojo sudah ada sejak lama, sekitar 9 tahun yang lalu dianggap sebagai awal perkembangan budaya. Di Pagerwojo terdapat beberapa grup jaranan, seperti jaranan pegon dan sentherewe.
Jaranan Pegon atau Jathilan memiliki gerakan khas yang diambil dari gerakan wayang wong, begitu pula dengan kostum yang dikenakan yang juga diambil dari wayang wong. Kemudian, musik gamelan yang mengiringi biasanya bersifat arak-arakan dengan tambahan drum, tiga atau lima gong kecil, dan saron. Di Pagelaran Jaranan, penari putri memainkan Jaranan dengan ukuran yang lebih kecil dan tanpa menggunakan cambuk. Dengan adanya tarian Jaranan pegonter, muncul tarian Jaranan sentherewe. Nama Sentherewe berasal dari tumbuhan yang disebut talas, karena daunnya bisa menyebabkan gatal jika kontak dengan kulit. Oleh sebab itu, tarian sentherewe memiliki gerakan yang energik mirip daun talas yang terkena angin. Jaranan sentherewe ditampilkan oleh penari pria yang mengendarai jaranan (kuda kayu) yang lebih besar dan membawa cambuk. Pada bagian paling menarik, ada adegan trance yang menegangkan. Seni ini biasanya ditampilkan pada hari-hari khusus, seperti acara syukuran, menyambut tamu penting di desa, memperingati hari bersejarah nasional, atau acara keluarga yang menampilkan jaranan. Ada beberapa jenis properti dan atribut dalam seni tradisional Jaranan, seperti cambuk, pedang, barongan, kuda-kudaan, dan keris. Dan perlengkapannya seperti ikat/udeng, gelang tangan, kalung kace, dan binggel klinting.
Karawitan
Karawitan berasal dari kata rawit dalam bahasa Jawa. Kata tersebut memiliki arti mendayu-dayu, halus, atau berlika-liku. Namun, rawit juga bisa berarti sesuatu yang rumit. Karawitan adalah jenis musik tradisional Jawa yang dimainkan dengan instrumen gamelan yang terbuat dari bahan logam. Karawitan di sini juga bisa diartikan sebagai musik yang memiliki laras non-diatonis (dalam laras pelog dan slendro) yang menggabungkan warna suara, sistem notasi, dan ritme. Dan memiliki sifat pathet, campuran, dan garapan instrumen yang enak didengar. Kelompok karawitan di desa Pagerwojo yang dipimpin oleh Bapak Panut masih dilestarikan dan tetap bertahan di era modern ini.
Selain untuk menghibur, pertunjukan juga bertujuan untuk melestarikan budaya Jawa. Permainan para pengrawit tetap padu meskipun mereka hanya berlatih dan tampil pada hari-hari tertentu serta usia mereka sudah tua. Di desa Pagerwojo, seni karawitan telah ada sejak lama. Seni karawitan dibagi menjadi beberapa jenis, seperti karawitan sekar, karawitan gending, dan karawitan sekar gending. Di Pagelaran Pagerwojo biasanya menampilkan pertunjukan karawitan sekar gending. "Sekar gending adalah gabungan dari jenis karawitan sekar dan gending." Karawitan ini menampilkan sekar (suara vokal sebagai pengiring) dan karawitan gending dengan instrumen musik. Karawitan sekar gending tidak hanya menampilkan satu di antara keduanya, tetapi juga keduanya ditampilkan bersama-sama untuk menciptakan karawitan yang indah.
Suroan
Terdapat berbagai macam ritual tradisional yang memiliki nuansa religi di Indonesia, termasuk di Desa Pagerwojo. Ritual suroan adalah salah satu tradisi adat yang masih dijaga hingga sekarang. Ritual suroan adalah tradisi tahunan untuk menyambut tahun baru Islam. Suroan dalam kalender Jawa adalah saat yang sama dengan tahun baru Hijriah Islam yang jatuh pada bulan Muharram.
Tradisi Suroan adalah budaya tradisional Jawa yang dilakukan untuk mengekspresikan rasa terima kasih atau mengirimkan doa kepada orang yang sudah meninggal. Budaya ini terkait erat dengan ritual yang dibuat oleh Wali Songo. Kebudayaan adalah hal-hal yang sengaja diciptakan oleh masyarakat. Ini berarti bahwa dalam masyarakat, kebiasaan secara otomatis membentuk organisasi. Melalui internalisasi, kebudayaan juga terbentuk melalui kebiasaan masyarakat. Ritual suroan masih dijaga oleh warga Desa Pagerwoja di Jawa. Mereka tetap merayakan suroan dengan simbol-simbol yang penting. Simbol-simbol dalam ritual suroan memiliki makna yang dalam. Arti dari simbol-simbol tersebut adalah bagian dari komunikasi propaganda budaya dengan sentuhan religi.
Reog Kreasi
Reog kreasi adalah seni budaya dari Jawa Timur, khususnya dari kota Ponorogo. Asal usul seni reog berasal dari Raja Kelana Suwandana dari Kerajaan Ponorogo yang ingin melamar Dewi Sangga Langit dari Kerajaan Kediri. Dewi mensyaratkan semua Raja yang ingin melamarnya harus membawa suguhan pentas seni baru, membawa pasukan 140 penunggang kuda kembar, dan membawa hewan berkepala dua. Banyak Raja yang tidak mau melamar Dewi karena syaratnya yang sulit. Namun, Raja Kelana Suwandana sudah menyiapkan kedua syarat itu. Namun, salah satu syarat yang belum terpenuhi adalah hewan berkepala dua. Dia membawa seekor merak peliharaannya yang mungkin dapat menyenangkan Dewi Sangga langit.
Ketika Raja Kelana Suwandana pergi ke Kerajaan Kediri, ia dihadang oleh Raja Singa Barong yang juga menyukai Dewi Sangga Langit dan ingin merampas segala hal yang dibawa oleh Raja Kelana. Raja Singa Barong berwujud singa. Raja Kelana mengetahui kelemahan Raja Singa Barong, lalu ia melepaskan burung merak untuk mematuk kutu di kepala Raja Singa Barong. Kemudian, Raja Kelana Suwandana mengeluarkan Pecut Samandiman. Raja Kelana langsung menggunakan pecutnya dan menghasilkan suara yang keras, membuat Raja Singo barong dan burung merak bergabung menjadi hewan berkepala dua. Raja Singo barong menjadi lemas dan tidak bisa kembali ke wujud manusia. Sehingga, syarat-syarat untuk melamar Dewi Sangga langit telah terpenuhi. Setibanya di Kerajaan Kediri, Dewi Sangga Langit sangat kagum dan menerima tawaran pernikahan dari Raja Kelana Suwandana.
Bagian perlengkapan dari reog adalah Singo barong atau Dedak Merak. Singo barong atau Dedak Merak adalah bagian utama dalam seni reog. Mereka dianggap sebagai roh gaib yang menyatu dan juga melambangkan simbol kekuatan dan keindahan. Stagen Cinde adalah jenis kain sutra yang digunakan untuk mengikat barong. Jarik adalah sejenis kain batik panjang yang dipakai oleh pembarong, warok, jathilan, dan Raja Kelana Suwandana. Udheng adalah aksesori yang dipakai di kepala penari jathilan. Kuda Lumping adalah barang berbentuk seperti kuda berwarna putih yang digunakan oleh penari jathilan. Di desa Pagerwojo, pertunjukan reog kreasi biasanya digelar saat ada acara spesial seperti peringatan hari kemerdekaan, malam tahun baru,
Wayang
Wayang adalah pertunjukan klasik dari Jawa pada abad ke-10. Ceritanya berasal dari cerita kuno di pulau Jawa, Indonesia. Wayang pertama muncul di masa lalu di suku Jawa dan terbuat dari rerumputan yang diikat dengan sederhana. Pada mulanya, orang menggunakan wayang untuk menghormati roh nenek moyang. Kemudian, para wali songo menggunakan wayang untuk menyebarkan ajaran Islam. Sementara itu, dalang mengarahkan wayang.
Kata "dalang" singkatan dari ngudhal piwulang, di mana ngudhal artinya menyebarkan dan piwulang artinya pendidikan. Jenis-jenis wayang meliputi Wayang Kulit, yang dibuat dari kulit kambing atau kerbau dengan pegangan dari tanduk kerbau.
Wayang kulit adalah salah satu jenis wayang yang populer hingga saat ini, dan memiliki karakter khas seperti Punokawan yang terdiri dari Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.
Wayang Beber adalah salah satu jenis wayang tertua di Indonesia. Wayang ini berasal dari zaman Raja Brawijaya dan diwariskan secara turun-temurun. Dalang akan membuka gulungan kertas yang berisi gambar, lalu menceritakan gambar-gambar tersebut kepada penonton.
Wayang Wong adalah pertunjukan wayang di mana para pemeran adalah orang asli yang mengenakan kostum sesuai karakter yang mereka perankan.
Wayang Klithik adalah versi modifikasi dari wayang kulit yang terbuat dari kayu dan memiliki bentuk pipih. Wayang ini disebut klithik karena digerakkan dengan cara gesekan antara dua kayu, dan pertunjukan wayang ini menggunakan bayangan.
Wayang Golek adalah jenis wayang yang bentuknya tidak pipih. Wayang ini mirip dengan boneka dan terbuat dari kayu. Wayang golek dimainkan langsung oleh dalang di atas panggung tanpa menggunakan bayangan.
Wayang Gambuh adalah jenis wayang yang jarang ditemui di Bali. Biasanya, cerita yang dipentaskan dalam wayang gambuh adalah kisah malat dan cerita panji dari Bali.
Di kampung Pagerwojo, pertunjukan wayang diselenggarakan pada acara-acara khusus seperti Hari Kemerdekaan, Suroan, Tahun Baru, dan hari-hari besar lainnya.